Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kalimantan Barat, Asosiasi Penangkar dan Pedagang Silok (APPS) Kalbar, dan Asosiasi Slomang Kalbar (ASKA) menggelar Pameran Ikan Hias dan Aquascape Kalbar, serta International Silok Contest dan Cupang, Jumat-Minggu, 8-10 April 2016. Kegiatan didukung Pontianak Aquascape Community (PAC) dan Indonesia Guppy Popularize Association (IGPA).
Ir Gatot Rudiyono SH MM, Kepala DKP Kalbar menyampaikan, pameran dan kontes digelar untuk lebih mempromosikan ikan arwana dan cupang asal Kalbar kepada masyarakat luas pada tingkat regional, nasional, dan internasional. “kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kecintaan, kepedulian, dan rasa memiliki, sehingga tergerak turut serta menjaga dan melestarikan sumberdaya ikan hias Kalbar dan habitannya,” ujar Gatot, dalam konferensi pers di kantor DKP Kalbar.
Kegiatan pun mengkampanyekan hidup sehat pada masyarakat tanpa depresi dengan memelihara ikan hias pada setiap rumah tangganya. Pameran pun mendorong tumbuh kembang usaha dan bisnis ikan hias di Kalbar dari kegiatan usaha hulu hingga hilir, budidaya dan perdagangan ikan hias, serta usaha pendukung lain yang nilainya bisa sangat tinggi di Kalbar dan bisa menyerap banyak tenaga kerja.
“Kontes ikan arwana memperebutkan piala tetap Gubernur Kalbar. Ada juga kontes ikan cupang dan guppy, aquascape exhibition, lomba mewarnai tingkat anak-anak, pemilihan duta arwana, dan lomba masak serba ikan. Nanti juga ada pengukuhan pengurus Perhimpunan Ikan Hias Indonesia (PIHI) Kalbar,” kata Vincent Apriono, Ketua APPS Kalbar; Walujan Tjhin, ketua panitia Internasional Silok Contest, dan Kiki Zulkifli, pihak EO Wyandra Comm dan Sekretaris APPS Kalbar.
Pameran ikan hias bakal diikuti para penangkar ikan silok Kalbar, pemilik (hobbies) ikan silok dan cupang asal Kalbar dan luar daerah, pedagang supporting ikan hias (pakan, obat-obatan, aksesoris akuarium), dan UKM kuliner berbahan baku ikan. “Tak hanya dari dalam Kalbar, pameran dan kontes diikuti peserta dari luar negeri, yaitu Guangzou, Kuala Lumpur, Singapura, dan Hongkong,” ujarnya.
Kontes bakal diikuti 120 ekor ikan arwarna (silok) yang dibagi dalam lima kategori, 400-an ikan cupang, 200-an ikan Guppy, dan 40-an Aquascape. “Selain dari Kalbar dan luar negeri, peserta kontes juga dari Bandung, Jakarta, dan Medan,” kata Walujan.
Melalui kegiatan tersebut, pihaknya pun ingin memperbaiki indukan dan kualitas hasil. Bagaimana cara supaya penangkar bisa menambah nilai jual. “Jangan panen terlalu muda, nanti malah cacat tidak ada nilai jual,” ujarnya.
Vincent menambahkan, ikan arwana memang endemik Kalbar, budidaya paling cocok hanya dengan air sungai kapuas. Tetapi sayang dengan menurunnya kondisi dan kualitas air sungai kapuas, hasil para penangkar menurun drastis. “Saya pernah coba di Bogor, tapi gagal, ikan bertelur tapi tidak bisa sampai panen. Teman saya juga pernah coba super red di Malaysia, tetapi gagal. Super red memang hanya bisa dibudidayakan di Kalbar,” katanya.
Menurutnya, selama ini, China masih menjadi pasar ekspor utama ikan arwana dari Indonesia. “Ekspor kami ke China sampai 80%, sisanya ke Hongkong, Taiwan, Korea, dan Singapura,” ujarnya. APPS pun mencoba membuka pasar baru di Eropa. Menurutnya, asosiasi pun telah berkunjung ke Pemerintah China, mengikuti Dirjen Kehutanan bersama asosiasi lainnya. Dalam pertemuan itu APPS meminta agar proses perizinan impor bisa lebih cepat. “Dulu perlu 2-3 bulan, sekarang dua minggu sudah keluar. Sehingga ikan arwana kita lebih mudah diekspor ke China,” pungkasnya.